Walimah Wisuda Setelah Menghafal Al-Qur’an: Riya’, Motivasi, dan Dakwah

Menyelesaikan hafalan Al-Quran dengan tekun dan penuh penghayatan merupakan prestasi yang patut dirayakan. Namun, dalam merayakan momen ini, kita perlu memahami perspektif Islam mengenai wisuda dan motivasi di dalamnya.

Dalam agama Islam, pamer (riya’) untuk mendapatkan pujian duniawi dianggap sebagai dosa. Allah SWT tidak menyukai perilaku yang dilakukan semata-mata untuk mencari perhatian manusia. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang berbuat sesuatu agar diperhatikan manusia, maka Allah tidak akan memberi perhatian kepada dirinya.”

Oleh karena itu, jika tujuan utama kita mengadakan walimah atau pesta makan-makan saat wisuda setelah menyelesaikan membaca Al-Qur’an adalah untuk pamer kepada orang lain, maka pesta tersebut menjadi haram. Kita seharusnya menghindari perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama dan menjauhi riya’.

Namun, ada sisi lain dalam mengadakan walimah perayaan ini. Pamer yang bertujuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, serta menyebarkan dakwah Islam, dapat menjadi suatu kewajiban. Jika tujuan kita mengadakan walimah adalah untuk menginspirasi orang lain agar semangat menghafal Al-Qur’an, mengikuti contoh yang baik, dan mendukung mereka dalam perjalanan kebaikan, maka walimah tersebut menjadi sebuah amal yang mulia.

Dalam hal ini, walimah wisuda menjadi sarana untuk memunculkan semangat persaingan yang sehat, di mana teman-teman dan saudara-saudara seiman terinspirasi untuk meraih pencapaian yang sama dalam mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.

Dalam konteks ini, mengadakan resepsi wisuda hafalan Al-Qur’an, baik per juz atau keseluruhan 30 juz, diperbolehkan dalam Islam. Merayakan momen ini dengan penuh sukacita dan kebersamaan adalah hal yang dapat memperkuat ikatan antara para hafidz dan komunitasnya. Resepsi semacam ini dapat menjadi ajang untuk membagikan pengalaman, memotivasi orang lain, serta mengingatkan pada keutamaan dan keindahan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup.

Namun, penting untuk tetap mengingatkan diri sendiri bahwa niat yang tulus dan ikhlas harus menjadi landasan dalam mengadakan walimah wisuda semacam ini. Fokus utama kita haruslah meningkatkan hubungan kita dengan Al-Qur’an, mendapatkan keberkahan dari-Nya, dan menyebarluaskan pesan-pesan Islam yang indah. Jika niat kita jujur dan wisuda diadakan dalam kerangka dakwah dan motivasi kebaikan, maka perayaan tersebut menjadi suatu amal yang bermanfaat dan memperoleh ridha Allah SWT.

Dalam menyusun artikel ini, saya mengacu pada pemahaman umum mengenai hukum mengadakan wisuda setelah menyelesaikan membaca Al-Qur’an dalam Islam.

Untuk pandangan yang lebih mendalam, referensi yang Anda berikan, yaitu “Duroos al-Syaikh Saad al-Berek” bab حكم إقامة وليمة عند ختم القرآن, dapat menjadi sumber referensi yang relevan untuk pemahaman lebih lanjut mengenai pandangan dan penjelasan beliau tentang topik tersebut. Bahkan beliau memberikan contoh walimah wisuda juz 30, juz 29 atau wisuda per juz untuk memotivasi menghafal juz berikutnya, serta walimah wisuda 30 juz.

Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional, alhamdulillah saat ini sudah mewisuda 76 angkatan dari berbagai provinsi dan negara tetangga. Mulai dari usia 5 tahun sampai usia 83 tahun alhamdulillah telah belajar di pesantren ini. Adapun untuk anak usia 13 tahun ke bawah harus ada pendampingan dari wali santri yang juga menjadi peserta karantina tahfizh Al-Quran.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan karunia keikhlasan dan keistiqamahan dalam berdakwah di bidang Al-Quran. Semoga orang-orang yang menyaksikannya mendapatkan inspirasi dan motivasi sehingga menjadi amal jariyah yang tidak terputus bagi kita semua, Aamiin.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional

Informasi dan pendaftaran
www.hafalquransebulan.com/daftar