Pencari Kebahagiaan Sejati
Banyak orang mencari kebahagiaan dengan berbagai cara. Ada yang dengan mengikuti hawa nafsu. Segala kemauannya dia lakukan demi mencapai kebahagiaan namun tetap saja diliputi berbagai kegelisahan, stres, frustrasi, cemas, kegundahan yang tidak henti-henti. Ada pula yang mencari kebahagiaan dengan meminum pil ekstasi maupun narkotik dan obat-obatan terlarang namun semua itu tidak pula menjadi solusi.
Adakalanya dalam pandangan orang lain bahwa harta, kedudukan, wanita, seolah bisa menjadi kebahagiaan namun ternyata itu hanya fatamorgana. Kedudukan yang telah berhasil di raih tidaklah membuat ia bahagia melainkan semakin tinggi kedudukan dan jabatan membuat ia sibuk mengatasi ujaran kebencian dari pihak lain yang menggugat keadilan, harta yang ia miliki tidak pula membuat ia senang karena justru gelisah menjaganya, semakin bertambah harta bahkan semakin takut kehilangannya. Wanita cantik tidaklah pula membuat seseorang bahagia karena justru menimbulkan banyak permasalahan yang tidak diduga sebelumnya karena tidak dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan pada Allah Subhanahu Wata’ala.
Para pencari kebahagiaan akan mencari kebahagiaan itu ada di mana. Tempat manakah yang dapat membuatnya bahagia. Situasi maupun kondisi apa yang mebuat ia bahagia?… Ingatlah bahwa kebahagiaan itu hanya ada di dalam hati. Atau para ilmuwan mengatakan kebahagiaan itu ada pada kepuasan akal mereka untuk mensyukuri setiap nikmat yang dikaruniakan kepada dirinya.
Agar hidup bahagia hakiki ditandai dengan tidak ada rasa takut dan tidak bersedih hati maka caranya adalah dengan menanamkan keimanan dan ketakwaan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa” (QS. Yunus: 62-63).
Siapa saja yang mencari kebahagiaan di luar keimanan dan ketakwaan maka semua itu hanya sementara saja. Tak akan lebih dari 100 tahun saja hidup di dunia.
Tetapi bagi orang beriman dan bertakwa dikabarkan bahwa mereka akan bahagia hidup di dunia dan di akhirat. Allah tidak akan mengubah janji kepada mereka.
لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS. Yunus: 64).
Jika ada yang belum bahagia maka perhatikanlah,
- matanya untuk maksiat atau takwa?…
- telinganya untuk maksiat atau takwa?…
- hatinya untuk maksiat atau takwa?…
Jika kegelisahan itu ada maka itu pertanda harus meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan menghindari maksiat.
Beriman bukan sekedar percaya. Tetapi harus diikrarkan dalam hati, dilisankan dan diamalkan dengan perbuatan.
Iman ialah keyakinan dengan hati, ucapan dengan lisan, dan amalan dengan anggota badan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kalian belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah berislam, karena iman itu belum masuk ke dalam hati-hati kalian” (QS. Al-Hujarat: 14).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Iman ialah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman dengan takdir yang baik dan yang buruk” (HR. Muslim).
Menurut Al-Hasan Al-Basri Rahimahullah: “Bukanlah iman itu dengan angan-angan semata, bukan pula dengan sekedar hiasan, akan tetapi iman itu ialah apa yang menancap direlung hati dan dibenarkan oleh amalan.”
Pasrahkan diri dengan berislam dan berbuat kebajikan, firman Allah artinya:
“Bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabbnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Al-Baqarah: 112).
Orang beriman dengan keislaman dan bertakwa dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangannya maka akan diberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Adapun berita gembira di akhirat yaitu yang pertama adalah berita gembira ketika ia sudah meninggal dunia.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat: 30).
Jangan takut dan jangan bersedih hati.
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (Q.S. Ali ‘Imran: 139).
Para pencari kebahagiaan sejati tidak akan terkecoh dengan kebahagiaan semu. Kebahagiaan semu itu hanya kepuasaan sesaat ketika di dunia. Namun kebahagiaan sejati akan dirasakan di dunia dan di akhirat.
Jika saat ini ada yang merasakan kesusahan dan kesedihan maka yakinlah bahwa kesusahan dan kesedihan itu tidaklah sesusah dan sesedih yang dikira. Bahkan dia hanya mendramatisir apa yang sedang ia rasakan. Keluarlah dari zona drama tersebut. Bersyukurlah karena masih banyak hal yang bisa disyukuri.
Tidaklah kertas putih ada tanda titik kemudian engkau mengeluhkan titik hitam tersebut. Sebab bagian putih masih lebih luas dari apa yang dilihat dan dirasakan. Begitupula rahmat Allah lebih luas dibandingkan dengan ujian yang dihadapi.
Berbahagialah bagi para penghafal Al-Qur’an karena Al-Qur’an merupakan petunjuk jalan bagi orang-orang yang mencari kebahagiaan.
Berbahagialah dengan keimanan dan ketakwaan juga kebajikan yang dilakukan berlandaskan ajaran Islam. Semoga Allah selalu membimbing kita semua ke dalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka rasakanlah segala kebahagiaan itu dengan penuh rasa syukur mulai dari sekarang.
Yadi Iryadi, S.Pd
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
www.hafalquransebulan.com