Mutiara Hikmah Menghafal Al-Quran

Mutiara Hikmah Menghafal Al-Quran

8 June 2017 Artikel 0

Menghafal Al-Quran bukanlah aktivitas fisik semata melainkan melibatkan pikiran, hati dan keimanan. Oleh karena itu mari mengingat kembali apa yang disampaikan oleh KH. Deden Makhyaruddin, Al-Hafizh beliau adalah seorang yang dikaruniai oleh Allah berupa prestasi berikut ini:

Juara I Lomba Tahfizh dan Tafsir tingkat Internasional di Cassablanca Maroko tahun 2011

Juara I Musabaqah Tafsir bahasa Indonesia tingkat Nasional di Bengkulu tahun 2010

Juara I Musabaqah Tafsir bahasa Arab tingkat Nasional di provinsi Banten tahun 2008

Bahkan sebelum usia 15 tahun beliau sudah banyak meraih prestasi diantaranya

hafal kitab Alfiyah dalam 40 hari,

hafal kitab Sulam Munauroq dalam 1 hari,

hafal kitab Jauhar Maknun dalam 2 hari,

hafal kitab Nadzm Al-Maqsud dalam 1 malam

hafal kitab matan Jam’u Al-Jawami fi ushul figh dalam 7 hari

Dan sekarang sudah banyak kitab-kitab syar’i yang beliau sudah hafalkan atas kehendak Allah Subhanahu Wata’ala.

  1. Deden M. Makhyaruddin, Al-Hafizh merasa senang dan tidak merasa heran jika ada program Karantina Hafal Qur’an Sebulan 30 Juz atau bahkan 30 juz dalam belasan hari karena beliau pun hafal Qur’an khatam dalam waktu 19 hari kemudian muraja’ah dan baru bisa disimak lancar setelah hari ke-56.

Prestasi luar biasa yang Allah anugerahkan kepada beliau semoga bertambah berkah ilmunya. Masyaa Allah beliau sangat tawadhu atas ketinggian ilmunya.

Berikut ini adalah mutiara hikmah yang penulis dapatkan dari beliau:

  • Jika menghafal Al-Qur’an tidak terasa nikmat berarti tujuannya bukan karena Allah.
  • Kita menghafal Al-Quran bukan sekadar untuk hafal tetapi untuk semakin dicintai Allah mesti kalau kita yakin Al-Quran adalah kalam Allah pasti mudah untuk hafal Al-Quran.
  • Menghafal Al-Qur’an tidak harus memahami,  tidak harus berfikir,  cukup yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa yang dibaca adalah kalamullah.
  • Menghafal Al Quran pun saratnya tidak harus muda syarat menghafal Al-Quran tidak harus muda sebagaimana syarat untuk mati tidak harus tua.
  • Jika sudah mendapatkan kenikmatan menghafal maka apapun yang terjadi sudah bisa terasa dekat dengan Allah melalui jalan menghafal ini.
  • Apapun yang terjadi, mau dikasih hafalan oleh Allah baik dikasih mudah atau pun susah kita tetap akan melanjutkan hafalan karena berharap Ridha Allah.
  • Jika hari ini dihapal satu jam kemudian lupa lagi dihafal lagi dan lupa lagi maka teruslah menghafal karena ayat tersebut ingin supaya kita membacanya lebih banyak.
  • Menghafal Al-Qur’an itu bukan target menghitung ayat melainkan dengan cara menghitung durasi. Karena bagi setiap orang pasti punya durasi waktu yang bisa diluangkan untuk menghafal Al-Qur’an.
  • Menghafal Al-Qur’an bagaikan menggunakan argo taksi yaitu pada saat lancar hitungannya berdasarkan jarak. Sedangkan pada saat macet targetnya berdasarkan durasi. Supir taksi tidak stres ketika macet asalkan ada penumpangnya. Penghafal Al-Qur’an pun tidak perlu stres ketika hafalan macet selama ada dalam durasi menghafalkan Al-Qur’an.
  • Setiap orang mempunyai perbedaan durasi yang mau dialokasikan untuk menghafal Al-Qur’an dan berdasarkan surah Al-Muzzammil disarankan menghafal Al-Qur’an pada sepertiga malam lebih khusyu’ dan berkesan
  • Allah mengetahui bahwa pada siang hari manusia mempunyai banyak urusan sehingga sepertiga malam menjadi durasi yang baik untuk menghafalkan Al-Qur’an.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala mengaruniakan Al-Qur’an ke dalam lahir batin kita. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com