Modeling Tahfizh Al-Qur’an dengan NLL (Neuro Logical Level)

Modeling Tahfizh Al-Qur’an dengan NLL (Neuro Logical Level). NLL biasa digunakan oleh praktisi Neuro Linguistic Programming untuk memprogram pikiran agar mampu mempengaruhi perasaan dan tindakannya. Penerapan NLL biasa digunakan untuk memodel ekselensi orang lain agar hal itu bisa diketahui dan diterapkan pada orang yang menginginkannya. Biasanya para trainer menggunakan perangkat pertanyaan-pertanyaan yang apabila praktiknya dilakukan secara presisi maka cenderung akan mendapatkan hasil yang sama, mendekati, atau bahkan melampaui
Secara sunnatullah jika seseorang mampu melakukan sesuatu yang berhasil maka siapa pun memiliki kesempatan untuk mencapai hasil yang persis seperti apa yang mereka hasilkan. Ini merupakan salah satu bentuk keadilan dari Allah terhadap manusia.
Berikut ini diadaptasi dari Neuro Logical Level ‘ala Robert Dilt:
1. NIAT: Apa niat mereka menghafal Al-Quran?
Contoh jawaban:
– Niat menghafal Al-Quran untuk beribadah kepada Allah.
– Berbakti pada kedua orang tua.
– Menambah amal shaleh.
– dll.
2. IDENTITAS: Bagaimana mereka mengidentitaskan dirinya?
Contoh jawaban:
– Saya Islam, beriman, dan penjaga kalamullah.
– Saya penghafal Al-Quran
– Saya santri tahfizh/guru tahfizh
– dll.
3. VALUE: Bagaimana nilai-nilai yang mereka yakini?
Contoh jawaban:
– Menghafal Al-Quran 1 huruf 10 pahala kebaikan.
– Derajat surga ditinggikan seiring ayat yang dibaca.
– Memberi syafaat kepada 10 anggota keluarga.
– Mahir Al-Quran bersama malaikat.
– Belajar mengajar Al-Quran menjadi manusia terbaik menurut Allah dan Rasulnya.
– dll.
4. BELIEFS: Bagaimana keyakinan mereka atas apa yang dilakukannya?
– Menghafal Al-Quran dijamin kemudahannya.
– Hafalan yang pernah dihafalkan itu tidak hilang melainkan tersimpan dalam ingatan sehingga bisa mudah dikembalikan.
– Semua waktu bisa dibuat produktif untuk menghafal Al-Quran kecuali waktu istirahat.
– Semua usia bisa menghafal Al-Quran.
– Kebahagiaan, rasa syukur, serta semangat belajar dapat meningkatkan kemampuan hafalan Al-Quran.
– dll.
5. CAPABILITAS: Kemampuan dasar apa saja yang mereka bisa lakukan?
Contoh jawaban:
– Kemampuan membaca Al-Quran sesuai kaidah tajwid.
– Kemampuan tadabbur terjemah baik dengan bahasa Arab maupun terjemah Indonesia.
– Kemampuan untuk konsisten belajar Al-Quran.
– Kemampuan untuk menyetorkan hafalan Al-Quran.
– dll.
6. ACTION: Tindakan seperti apa yang mereka lakukan?
Contoh jawaban:
– Setiap menghafal Al-Quran bacaannya sesuai tajwid
– Setiap menghafal Al-Quran melibatkan tadabbur terjemah
– Setiap menghafal Al-Quran sambil mengetahui bentuk tulisannya
– Setiap menghafal Al-Quran maka bertambah mufradat baru
– Setiap menghafal Al-Quran maka setoran hafalan lancar
– dll.
7. HABIT: Kebiasaan rutinitas apa yang biasa dikerjakan?
Contoh jawaban:
– Mengikuti proses pendidikan di pondok pesantren, rumah tahfizh, sekolah Islam terpadu, atau lembaga tahfizh Al-Quran lainnya.
– Melakukan aktivitas sebagaimana diprogramkan oleh lembaga tahfizh tersebut.
– Setiap hari menambah hafalan baru minimal 1 halaman/hari.
– Setiap hari meluangkan waktu minimal 3 jam untuk belajar Al-Quran.
– Setiap hari melakukan kegiatan belajar atau mengajar Al-Quran minimal pada anggota keluarga.
– Setiap hari tilawah Al-Quran binnazhar 3-5 juz dan melancarkan minimal 5 halaman mutqin secara progresif.
– dll.
8. KARAKTER: sikap/akhlak apa yang mereka lakukan?
Contoh jawaban:
– Sabar menjalani proses menghafal Al-Quran yang awalnya tidak mudah, namun setelah 3 juz kemudian menjadi kemudahan bagi 27 juz berikutnya, biidznillah.
– Bersyukur dengan pencapaian hafalan yang diperolehnya setiap hari berapa pun perolehannya yang terpenting ada progres.
– Tawakkal memasrahkan hasilnya kepada Allah yang terpenting usaha yang maksimal.
– Istiqamah terus menerus belajar Al-Quran entah dalam keadaan berat maupun ringan.
– Tidak menyerah saat menemukan kesulitan dan tidak cepat puas dengan hasil yang didapatkan.
– Bahagia dengan tadabbur terjemah Al-Quran seiring dengan hafalan.
– dll.
9. LINGKUNGAN: mereka berada di lingkungan seperti apa?
Contoh jawaban:
– Menciptakan lingkungan yang Qurani di keluarga dengan setiap hari belajar mengajar Al-Quran.
– Berada di lingkungan pondok pesantren atau lingkungan perumahan yang terdapat pengajian tahfizh Al-Quran
– Bersekolah di tempat yang ada program tahfizh Al-Quran atau mendirikan tempat belajar Al-Quran.
– Berhijrah ke tempat yang dihuni oleh para penghafal Al-Quran atau menciptakan suasana belajar mengajar Al-Quran
– Bergabung dengan komunitas tahfizh Al-Quran baik secara online maupun offline.
– dll.
Jawaban di atas menggunakan contoh, sebab jawaban bisa beraneka ragam. Semakin detail dan presisi dari apa yang akan dimodel maka akan lebih lengkap. Hal yang harus ditiru, dimodel, atau diteladani yaitu menerapkan secara presisi apa yang benar-benar dilakukan oleh model kita.
Hal ini sebagaimana model pakaian, warna, ukuran, jenis bahan, cara menjahit dan sebagainya, semua harus dimodel secara presisi. Hanya saja pada bidang ekselensi seperti tahfizh Al-Quran, tindakan memodel ini harus dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam terhadap orang yang sudah hafal Al-Quran kemudian kita menirunya secara presisi.
Meskipun hasil pemodelan tidak akan sama persis, tetapi setidaknya ada proses yang mendekati keberhasilan yang mendekati sama atau serupa.
Apabila kita meniru suatu aktivitas tertentu secara intensif maka bukan hal yang mustahil apabila Allah memberikan karunia hafalan Al-Quran kepada kita semua. Hal ini sudah Allah janjikan bahwa kemudahan menghafal Al-Quran hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang mau berproses mempelajarinya.
Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Licensed Practitioner of NLP
Informasi dan Pendaftaran