Mindset dan Kualifikasi Peserta Agar Tercapai 30 Juz Sebulan
Mindset dan Kualifikasi Peserta Agar Tercapai 30 Juz Sebulan
Mindset Peserta Program Tahfizh Al-Quran
Mindset terdiri dari dua kata yaitu mind dan set. Mind artinya sumber kesadaran yang menghasilkan pikiran, perasaan, ide dan persepsi, menyimpan pengetahuan dan memori. Sedangkan set yaitu keadaan utuh atau solid. Jadi kata Mindset berarti kepercayaan-kepercayaan yang memengaruhi sikap seseorang, berarti sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berpikir (pola pikir) yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap dan masa depan seseorang, bisa juga berarti sikap mental tertentu atau watak yang menentukan respons atas pemaknaan seseorang terhadap situasi.
Mindset bisa diartikan sebagai pola pikir. Pola pikir ini menentukan tindakan seseorang dalam melakukan sesuatu. Mengenai kemauan melakukannya atau tidak, hal ini tergantung pada mindset-nya. Menghafal Al-Qur’an memerlukan mindset yang memberdayakan agar senantiasa mau terus-menerus menghafalnya.
Mengubah Mindset dapat dilakukan dengan cara mengubah sistem informasi yang ada di dalam pikiran bawah sadar manusia. Pikiran manusia bekerja berdasarkan bahasa komunikasi internal yang mempengaruhi persepsi dan perilaku. Komunikasi ini dapat berupa self talk ucapan pada diri sendiri, oleh diri sendiri baik verbal maupun non verbal maupun karena adanya pengaruh dari luar dirinya.
- Mindset yang Memperdayakan
- Beranggapan bahwa menghafal hanya untuk anak-anak.
- Menganggap diri sudah tua sehingga sulit menghafal Al-Qur’an.
- Menyalahkan orang tua, yang tidak mengarahkan dirinya untuk belajar Al-Qur’an sejak kecil.
- Beralasan tidak ada guru dan tempat untuk menghafal.
- Merasa tidak punya waktu senggang untuk menghafal.
- Tidak ada program menghafal Al-Qur’an yang bisa diikuti secara singkat.
- Merasa belum menemukan metode yang cocok untuk dirinya.
- Meyakini pemahaman hadis bahwa lupa hafalan Al-Qur’an merupakan dosa besar, sehingga tidak mau menghafal Al-Qur’an karena takut dosa.
- Berkeyakinan bahwa ayat Al-Qur’an sulit dihafal dan cepat lupa.
- Kesibukan sehari-hari dan sulit membagi waktu karena tidak ada prioritas.
- Berprasangka bahwa ingatannya lemah sehingga minim ikhtiar.
- Anggapan bahwa menghafal harus dimulai saat bulan Ramadha
- Mindset yang Memberdayakan
- Hafalan Al-Quran sudah dijamin oleh Allah kemudahannya.
- Hafalan Al-Quran tidak bisa lupa melainkan tersimpan.
- Muraja’ah ini mudah karena mengembalikan ayat yang tersimpan.
- Muraja’ah ini mudah, justru yang susah itu kalau tidak muraja’ah.
- Bacaan Al-Quran lancar tartil sesuai kaidah tajwid memudahkan hafalan Al-Quran.
- Agar bacaan tajwid lancar maka ayat-ayat harus dihafalkan dengan benar secara talaqqi/talqin di hadapan guru.
- Memahami Bahasa Arab atau terjemahan bahasa Indonesia memudahkan hafalan Al-Quran.
- Tidur 6 jam yang berkualitas membantu kualitas daya ingat.
- Usia tidak mempengaruhi daya ingat yang penting fisik, mental, dan ruhiyahnya sehat.
- Tadabbur Al-Quran tanpa menafsirkan dengan membedakan makna kiri atau kanan.
- Semua waktu bisa dibuat produktif untuk menghafal Al-Quran.
- Menghafal Al-Quran ini mudah, yang susah yaitu jika tidak menghafal Al-Quran.
- Mengeluh, stres, cemas, gelisah, terburu-buru dapat menghalangi kecerdasan (hormon kortisol).
- Bersyukur, bahagia, senang, semangat, antusias dapat membuka pintu kecerdasan (hormon endorfin).
- Gadget, Game, Medsos membuat kecanduan sama seperti kecanduan baca Al-Quran (hormon dopamin).
Kualifikasi Peserta Agar Tercapai 30 Juz Sebulan
Agar mampu menghafal Al-Quran dengan baik dan benar maka sebelum mempraktikkan metode Yadain hendaknya setiap orang menyempurnakan syarat berikut ini:
Mampu Membaca Al-Quran Sesuai Kaidah Tajwid
Bacaan Al-Quran sesuai kaidah tajwid memudahkan huruf-huruf terekam dengan benar di dalam pikiran. Selain itu, kemampuan menulis huruf-huruf Arab juga mempengaruhi kelancaran mengingat bentuk tulisan dalam mushaf Al-Quran.
Kemampuan bahasa Arab dapat mempengaruhi kemudahan menghafal Al-Quran namun yang terpenting yaitu calon penghafal Al-Quran minimal sudah mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar.
Mengikuti Program Menghafal Al-Quran
Program menghafal Al-Quran dapat dilakukan di berbagai situasi dan kondisi tergantung dengan keluangan waktu masing-masing orang. Diantara program tahfizh Al-Quran yaitu:
- Menghafal Al-Quran di Karantina Tahfizh Al-Quran
- Menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren
- Menghafal Al-Quran di Sekolah Islam Terpadu
- Menghafal Al-Quran di Rumah Tahfizh
- Menghafal Al-Quran secara Online
- Menghafal Al-Quran bersama anggota keluarga
Mempelajari metode menghafal Al-Quran tidaklah cukup. Justru yang terpenting yaitu adanya tindakan nyata untuk menghafal Al-Quran melalui program-program yang sesuai dengan keadaan masing-masing calon penghafal Al-Quran.
Sehat Fisik, Mental, dan Spiritual
Kesehatan fisik meliputi sehatnya panca indera dan fungsi tubuh lainnya. Kesehatan mental dapat diuji dengan pertanyaan berikut ini: Apabila sulit menghafal Al-Quran apakah merasa bahagia dan bersemangat dalam menghafalkannya?… Kemudian saat banyak ayat mirip atau sama akan merasa bingung atau tetap bahagia dan semangat menghafalkannya? Lalu apakah dalam keadaan mudah hafal Al-Quran bagaimana rasanya?
Apabila apapun keadaan menghafal Al-Quran sama-sama senang, sama-sama semangat dengan kebahagiaan dan semangat yang sama maka ini menandakan bahwa ruhiyahnya sehat.
Standar Metode Menghafal Al-Quran di Karantina Tahfizh Al-Quran
Ada banyak metode menghafal Al-Qur’an di Indonesia dan salah satunya yaitu metode Yadain Litahfizhil Qur’an. Kata metode yaitu berasal dari bahasa Yunani, yaitu “meta” artinya sepanjang dan kata “hodos” artinya jalan.
Semua metode menghafal Al-Quran baik dan mulia karena menjadi sebab jalan kemuliaan mempelajari dan menghafalkan Al-Quran.
Hendaknya agar menghafal Al-Quran menjadi lebih efektif maka hafalan yang dihasilkan minimal memenuhi 3 kriteria berikut ini:
- Mampu menghafal bacaan dan mengingat bentuk tulisan dan suara dari ayat-ayat Al-Quran
- Mengetahui tadabbur terjemah dari ayat Al-Quran yang sedang dihafalkan
- Mampu menghafal dengan lancar ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan urutan yang benar.
Apabila 3 persyaratan di atas belum dipenuhi maka memerlukan Metode Yadain Litahfizhil Quran.
Pada kenyataannya kepuasan peserta (yang belum memenuhi kualifikasi) ternyata bukan karena mencapai 30 juz saja melainkan dengan perbaikan bacaan Al-Quran dan bertambahnya beberapa juz yang dihafalkan menjadikan rasa syukur atas karunia Allah Subhanahu Wata’ala.
Segala kemudahan dari Allah Subhanahu Wata’ala dan kita senantiasa berharap Ridha-Nya.
Yadi Iryadi, S.Pd.
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran