Menyingkap Rahasia Mengulang Hafalan Al-Quran yang Terlupa atau Tersimpan

Menyingkap Rahasia Mengulang Hafalan Al-Quran yang Terlupa atau Tersimpan

27 June 2023 Artikel 0
Menyingkap Rahasia Mengulang Hafalan Al-Quran yang Terlupa atau Tersimpan

Hafalan Al-Quran merupakan salah satu amal shaleh yang sangat dimuliakan dalam agama Islam. Namun, terkadang seseorang dapat melupakan sebagian dari apa yang telah dihapalnya. Pertanyaan pun muncul, apa yang harus dilakukan ketika seseorang melupakan sebagian hafalan Al-Quran yang pernah dihapalnya? Mari kita menjawab pertanyaan tersebut dengan membahas beberapa langkah yang dapat diambil dalam mengatasi masalah ini.

Proses menghafal Al-Quran merupakan kegiatan berkelanjutan. Seperti halnya setiap atlit yang terus berlatih maka akan terus terlatih, demikian pula penghafal Al-Quran yang terus menghafal/muraja’ah pastilah hafal. Karena itu, apabila hafalan tidak dihafal maka kemungkinan akan lupa.

Pertanyaannya apakah hafalan Al-Quran bisa lupa?

Apakah hafalan Al-Quran yang terlupakan itu masih ada?

Fakta mengejutkan di Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional. Bahwa banyak diantara peserta yang pernah menghafal Al-Quran 3 juz tapi yang lancar hanya 1 juz. Kemudian 2 juznya tersebut dimuraja’ah tapi tidak seperti menghafal ayat baru.

Menghafal Al-Quran untuk ayat yang sudah dinyatkana lupa sebenarnya tidak benar-benar lupa. Asalkan dulunya pernah dihafalkan dengan baik maka jika diberikan waktu antara 5 sampai 15 menit per halaman maka hafalan Al-Quran itu bisa kembali lancar untuk 1 halaman tersebut.

Demikian pula dari peserta yang dulunya pernah menghafal Al-Quran 15 juz kemudian hanya lancar 5 juz, namun yang 10 juznya bisa dikembalikan dengan lebih mudah.

Karena itu, di karantina tahfizh Al-Quran untuk istilah lupa diganti dengan hafalan tersimpan, yaitu hafalan yang belum dibaca lagi sehingga keberadaannya perlu diambil lagi dari simpanan memori.

Penyimpanan ingatan setiap orang itu berbeda-beda. Ada peserta yang menyimpan ingatan dalam bentuk suara, urutan ayat, tadabbur terjemah, dan hafalan bentuk tulisan dalam pikirannya. Apabila hafalan tersebut menggunakan metode Yadain Lithafizhil Quran maka jenis ingatan tersebut sudah bisa dipenuhi sehingga tidak heran apabila dalam proses muraja’ah berikutnyaa lebih dimudahkan atas izin Allah Subhanahu Wata’ala.

Pertama-tama, penting untuk diingat bahwa melupakan hafalan Al-Quran adalah sesuatu yang tidak diinginkan. Melupakan hafalan Al-Quran artinya melupakan proses membacanya, melupakan proses belajarnya, melupakan prioritas belajar Al-Quran dan lebih memilih aktivitas lain. Inilah definisi yang tepat dari melupakan hafalan.

Adapun hafalan itu sendiri terutama yang sudah pernah dihafal sebelumnya kondisinya masih ada namun tersimpan dalam memori pikiran bawah sadar manusia. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendorong umatnya untuk menjaga hafalan Al-Quran dengan selalu mengulanginya secara terus-menerus. Melupakan hafalan Al-Quran dapat dikatakan sebagai kurangnya perhatian terhadap Kitabullah dan berpaling darinya. Hafalan tersimpan karena penghafalnya meninggalkan hafalan tersebut. Jadi hafalan itu tidak bisa hilang melainkan tersimpan. Apabila dibaca lagi berarti diambil lagi dari ingatan bawah sadar (Subconscious mind) menuju kepada ingatan atas sadar (Conscious mind).

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum lupa hafalan Al-Quran. Ada yang berpendapat bahwa melupakan hafalan Al-Quran merupakan dosa besar, sementara yang lain berpendapat bahwa hal itu adalah maksiat dan dosa, tetapi tidak sampai pada tingkatan dosa besar. Jika definisinya melupakan proses belajarnya maka inilah yang berdosa.

Pendapat yang paling kuat dalam masalah ini adalah bahwa lupa hafalan Al-Quran adalah musibah yang menimpa seorang hamba dan dapat menjadi hukuman dari Allah. Meskipun demikian, tidak ada masalah jika seseorang ingin bertaubat dan memperbaiki hafalannya. Adapun lupa dalam konteks tidak melupakan proses belajarnya maka hal ini tentu tidaklah berdosa. Sebab Allah tidak akan membebani seseorang berdasarkan apa yang ia tidak sanggup untuk melakukannya. Maka belajarlah terus dalam menghafal Al-Quran sebab pahalanya justru dari upayanya.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh seseorang yang ingin mengulang hafalan Al-Quran supaya ingatan tersimpan bisa kembali dipulihkan:

  1. Murajaah (mengulang hafalan): seseorang harus memulai dengan mengulang surat-surat yang belum lancar sehingga hafalannya kembali lancar dengan bacaan hafalan yang baik. Disarankan untuk melakukan murajaah secara berkala agar menyimpan hafalan terlalu lama.
  2. Mengulang dengan bimbingan guru: mengulang hafalan Al-Quran dengan bimbingan seorang guru yang berkualitas dapat sangat membantu. Guru akan memberikan arahan yang tepat dan memastikan hafalan dilakukan dengan benar.
  3. Fokus pada hafalan yang panjang: seseorang dapat memulai dengan mengulangi hafalan yang sudah dikuasai sebelumnya untuk memulihkan hafalannya. Hal ini dapat memberikan motivasi untuk memperbaiki hafalan surat lainnya yang terlupa.
  4. Jangan terlalu khawatir dengan potongan ayat pendek: jika seseorang melupakan hanya dua atau tiga ayat atau potongan ayat pendek, tidak perlu terlalu khawatir. Lihat lagi mushafnya dan perbaiki urutan ayat tersebut sehingga kembali lancar dengan benar.

Selain itu, sangat penting bagi seseorang yang ingin mengulang hafalannya untuk tetap semangat dan tidak menunda-nunda. Jika masih ada semangat untuk mengembalikan hafalan Al-Quran, sebaiknya dilakukan secara langsung. Ibnu Mubarak pernah berkata, “Hati ini mengalami dorongan dan semangat, juga mengalami masa-masa malas dan berpaling. Gunakan (untuk kebaikan) saat dia terdorong dan semangat dan tinggalkan saat dia malas dan berpaling.”

Namun, jika seseorang tidak memiliki waktu luang karena kesibukan dan tanggung jawab lain, tidak ada masalah jika murajaah dilakukan saat waktu senggang. Yang terpenting adalah tetap berusaha memperbaiki hafalan dengan kesungguhan hati.

Dalam menghadapi kehilangan hafalan Al-Quran, seseorang harus merasakan rasa bersalah dan keinginan untuk memperbaikinya. Dalam kondisi seperti ini, sangat disarankan untuk segera mengulang hafalan tersebut tanpa ditunda-tunda.

Hafalan Al-Quran 30 juz ini janganlah dijadikan sebagai beban. Justru dengan adanya ayat-ayat yang tersimpan maka itulah ayat-ayat yang merindukan kita untuk muraja’ah. Apabila hafalan Al-Quran tidak bisa lupa, maka siapa lagi yang mau muraja’ah setelah menghafalkannya?

Hikmah adanya hafalan yang tersimpan yaitu supaya kita bersemangat untuk menghafalkan dan muraja’ahnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
«إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ القُرْآنِ، كَمَثَلِ صَاحِبِ الإِبِلِ المُعَقَّلَةِ، إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا، وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ»

“Sesungguhnya perumpamaan penghafal Al-Qur’an, seperti pemilik unta yang mengikanya dengan tali. Jika ia dijaga dan dipelihara, maka ia akan diam dan jinak, dan jika ia dibiarkan terlantar, maka dia akan pergi lepas dari ikatannya” (Imam Bukhari, Shahih Bukhari [Beirut: Dar Thauq al-Najah], tt, juz VI, hal 193. hadits nomor 5031).

Mengencangkan ikatan merupakan upaya untuk hafalan itu tetap ada. Ketika seseorang melupakan sebagian hafalan Al-Quran yang pernah dihapal, penting untuk tidak putus asa. Dengan tekad yang kuat, semangat yang tinggi, dan upaya yang sungguh-sungguh, seseorang dapat mengembalikan hafalannya dengan baik.

تَعَاهَدُوا القُرْآنَ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنَ الإِبِلِ فِي عُقُلِهَا

Jagalah (hafalan) Al-Qur’an itu, maka demi Dzat, jiwaku di kekuasaaNya, sungguh ia (Al-Qur’an) lebih cepat lepasnya daripada unta dari ikatannya”.(Imam Bukhari, Shahih Bukhari).

Hadits di atas merupakan salah satu hadits yang diambil dari kitab Shahih Bukhari. Hadits tersebut menyampaikan pesan Nabi Muhammad kepada para penghafal Al-Qur’an agar menjaga dan memelihara hafalan mereka dengan baik. Nabi Muhammad menyamakan kecepatan lepasnya hafalan Al-Qur’an dengan kecepatan lepasnya unta dari ikatannya.

Tujuan dari anjuran ini adalah untuk mengingatkan para penghafal Al-Qur’an tentang pentingnya menjaga hafalan mereka agar tidak terlupakan. Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam, dan hafalan Al-Qur’an memiliki peran penting dalam menjaga keaslian dan kesucian teks Al-Qur’an.

Dalam konteks hadits ini, perbandingan antara hafalan Al-Qur’an dan unta yang diikat menggambarkan betapa cepatnya hafalan Al-Qur’an bisa hilang jika tidak dijaga dengan baik. Sebagaimana unta yang bisa lepas dari ikatannya dengan cepat, demikian pula hafalan Al-Qur’an bisa hilang dengan cepat jika tidak dipelihara.

Melalui pengulangan dan bimbingan yang tepat, hafalan Al-Quran yang terlupa dapat dipulihkan. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua dalam menjaga dan memperbaiki hafalan Al-Quran kita. Wallahu a’lam.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional

Informasi dan pendaftaran
https://www.hafalquransebulan.com/informasi-pendaftaran/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com