Meningkatkan Kualitas Bukan Sekedar Popularitas
Mengingatkan diri penulis sepenuhnya dan para pembaca pada umumnya yang terkadang terlena dengan nikmatnya popularitas pujian di masyarakat setempat dengan penghormatan jamaah terhadap para penghafal Al-Qur’an yang mereka pun tidak terlalu tahu dengan kualitas hafalan imam kecuali sebatas bacaan hafalan saat menjadi imam shalat jahriyah (bacaan nyaring) yang itu pun sudah dipersiapkan secara khusus untuk ayat-ayat tertentu dan belum tentu lancar pada ayat lainnya karena terlena menunda muraja’ah. Astaghfirullah al’azhim.
Hendaknya membangun kualitas bukan sekedar popularitas meskipun dengan popularitas dakwah akan lebih luas namun tetaplah membangun kualitas sebab popularitas hanyalah efek samping saja dari kemanfaatan ilmu Allah Yang Maha Luas. Bahkan para ulama terdahulu tidak berharap popularitas. Jika sekedar popularitas maka pelaku kriminal pun di zaman sekarang sudah banyak yang mendapatkannya.
Kebiasaan orang-orang shaleh zaman dahulu adalah berusaha untuk lari dari pujian manusia dan pengagungan mereka. Orang-orang shaleh senantiasa tidak menyukai kepopuleran dirinya di kalangan manusia. Hal ini menunjukan keikhlasan mereka kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yaitu mereka mencukupkan diri dengan pengetahuan Allah sajalah tentang keadaan mereka dan hanya berharap pahala dari Allah terhadap amalan mereka.
Di sisi lain mereka pun sangat berhati-hati dengan amalan yang disembunyikan sebab amalan yang disembunyikan pun akan tetap terkena ujian berupa ujub (bangga dengan diri sendiri).
Namun Allah berkehendak lain agar ilmu mereka para ulama terdahulu tersebar sehingga benar janji Allah akan meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah: 11)
Lihat juga Imam Syafi’i yang berkata,
“Aku ingin sekiranya semua manusia mempelajari ilmu ini dan mereka tidak menisbatkan sedikitpun kepadaku dan tidak pula memujiku.”
Imam syafi’i beranggapan bahwa pujian hanya akan mengurangi pahala dan mengurangi sifat orang orang yang menyembunyikan amal amalnya.
Ulama terdahulu tidak berharap popularitas namun terus membangun kualitas dengan banyak berguru dan banyak belajar. Dengan kualitas maka banyak yang memanfaatkan ilmunya.
Di abad modern ini membangun kualitas diri setidaknya ada beberapa cara yaitu
- Menghadiri majelis ilmu bersama guru
- Membaca kitab-kitab/buku-buku
- Menyimak video & audio
- Searching mbah Google
- Membuat Mind Mapping / Catatan ringkasan ilmu
- Menghafal bagian yang harus dihafalkan
- Mempelajari keterampilan yang mendukung cita-cita
- Bersahabat dengan orang-orang shaleh
- Bergaul dengan semua orang dengan berbagai latar belakang dengan toleransi tanpa sinkretisme, berdakwah dengan cara yang baik
- Mengamalkan ilmu yang sudah diketahui berarti sedang menambah ilmu
- Segala aktivitas diniatkan ibadah
Membangun kualitas diri diantaranya dengan menghafalkan, muraja’ah hafalan Al-Qur’an dan belajar ilmu-ilmu lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang cita-cita sukses dunia akhirat. Sedangkan sebaik-baiknya perkataan untuk dihafalkan bagi setiap muslim adalah Al-Qur’an. DR.KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA Al-Hafizh dalam tausiyahnya mengatakan bahwa Insyaa Allah banyak pahala yang bisa didapatkan dari Al-Qur’an diantaranya:
- Mata yang digunakan untuk melihat huruf-huruf Al-Qur’an
- Mulut yang digunakan untuk melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an
- Telinga yang digunakan untuk mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur’an
- Tangan untuk memegang mushaf Al-Qur’an
- Kaki yang berjalan menuju majlis Al-Qur’an
- Badan yang senantiasa bersama dengan Al-Qur’an
- Otak yang digunakan untuk memikirkan ayat-ayat Al-Qur’an
- Qalbu yang digunakan untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an
- Segala anggota tubuh kita yang sehat untuk senantiasa mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an
Maka pantas jika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda bahwa,
(عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» (رواه البخاري
Artinya: “Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Menghafalkan Al-Qur’an hendaknya berniat hanya karena berharap Ridha dari Allah Subhanahu Wata’ala. Jangan pernah membatalkan niat untuk menghafalkan Al-Qur’an hanya karena khawatir riya dan jangan batalkan amalan hanya karena berharap pujian manusia. Marilah penulis mengingatkan diri sendiri agar berniat kembali meningkatkan kualitas diri karena Allah Subhanahu Wata’ala.
Yadi Iryadi
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
Licensed Neuro Linguistic Programming
Master Coach HypnoTahfizh