Menjadi Pengajar Al-Quran: Menggali Makna Tanggung Jawab Sebagai Muhaffizh/ah

Menjadi Pengajar Al-Quran: Menggali Makna Tanggung Jawab Sebagai Muhaffizh/ah

22 September 2023 Artikel 0
Menjadi Pengajar Al-Quran

Salam sejahtera bagi kita semua, sahabat pembaca yang saya hormati. Di tengah maraknya perkembangan teknologi dan pergeseran nilai, mendalami dan mengajarkan Al-Quran menjadi semakin penting. Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita bersama-sama menyelami makna dan tanggung jawab yang mendalam sebagai pengajar Al-Quran.

Guru kami DR. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA., Al-Hafizh pernah menyampaikan nasihat bahwa untuk menjadi pengajar Al-Quran harus memiliki etika yang sesuai karena perannya itu adalah sebagai sosok ulama. Ciri dari ulama yaitu memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Muhaffizh/ah merupakan pembimbing dan pengajar Al-Quran. Guru Al-Quran tentu saja sebagai pewaris para nabi, sebab Nabi tidak mewariskan harta benda kepada kita semua, tetapi Beliau mewariskan Al-Quran dan Hadits.

Simak Hadits berikut ini:

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ.

Dari Abu Darda’, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Ulama adalah pewaris para nabi. Mereka tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa para nabi tidak mewariskan harta berupa dinar dan dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Ilmu inilah yang menjadi warisan berharga bagi umat manusia.

Ulama yang dimaksud dalam hadits ini adalah ulama yang memiliki ilmu agama yang mendalam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka adalah orang-orang yang takut kepada Allah dan senantiasa berusaha untuk menyampaikan kebenaran kepada umat.

Mengajarkan Al-Quran bukanlah tugas yang ringan. Tidak hanya memerlukan pemahaman mendalam tentang ayat-ayat suci, pengajar juga harus dapat menyampaikan makna, tafsir, dan hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penuh kebijaksanaan. Lebih jauh, pengajar Al-Quran memiliki misi mulia untuk menumbuhkan cinta dan takwa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Para muhaffizh/ah atau pengajar Al-Quran tentu harus selalu belajar tentang materi yang biasa diajarkannya. Selain itu, perlu berkesinambungan untuk senantiasa belajar.

1. Menguasai Ilmu Al-Quran

Sebagai pengajar, kita diwajibkan untuk terus mengasah ilmu dan pemahaman mengenai Al-Quran. Ini mencakup memahami aspek bahasa, sejarah, konteks, dan berbagai interpretasi yang mungkin muncul. Kita harus senantiasa belajar dan memperdalam ilmu, agar dapat menyampaikan ajaran dengan akurat dan benar. Meskipun begitu, pesan Rasulullah, “Sampaikanlah walau satu ayat.” Artinya bahwa apa yang kita ketahui maka ajarkanlah semampunya.

2. Menjadi Teladan bagi Orang Lain

Pengajar Al-Quran harus mampu menjadi panutan dalam menjalankan ajaran yang terkandung dalam Al-Quran. Ini mencakup menjaga akhlak, etika, dan moral sebagai seorang Muslim. Dalam ibadah, muamalah, dan akhlaq, pengajar haruslah menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Ini tentu tidak mudah, tetapi dengan posisi ini juga menjadi berkah sebab kita dituntut untuk senantiasa baik dihadapan manusia, yang semoga juga memotivasi baik dalam pandangan Allah Subhanahu Wata’ala.

3. Memiliki Niat yang Ikhlas

Niat yang ikhlas merupakan fondasi utama dalam mengajarkan Al-Quran. Kita diajak untuk mengajarkan dengan hati yang tulus, penuh semangat, dan sabar, semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan pahala di akhirat. Niat ini menjauhkan kita dari sifat riya, pamer, atau mencari keuntungan duniawi. Boleh saja mendapatkan sesuatu yang sifatnya dunia yakni mendapatkan fasilitas untuk memudahkan proses belajar mengajarkan Al-Quran. Namun tentu saja, dunia itu bukan tujuan akhir dari sebuah niat mulia.

4. Metode Pengajaran yang Efektif

Mengadaptasi metode pengajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan murid adalah kunci keberhasilan dalam mengajarkan Al-Quran. Perhatikan aspek pedagogik, psikologis, dan sosial untuk memastikan bahwa metode yang dipilih dapat diserap dengan baik oleh murid. Penggunaan media dan alat bantu yang menarik juga penting untuk memfasilitasi proses pembelajaran.

Keutamaan menggunakan metode tertentu yaitu berdampak pada efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar Al-Quran. Selain itu, kemudahan untuk duplikasi skill dan knowlegde menjadi lebih mudah manakalah dipelajari dan diajarkan kembali.

Meskipun bisa saja kita menggunakan metode sendiri dengan uji coba, namun pastikan bahwa itu memiliki nilai universal untuk diduplikasi (diajarkan kembali) dengan mudah. Karena itu, belaja rmenjadi penting dan metode belajar sama pentingnya untuk dipelajari sebelum mengajarkan suatu materi, terlebih Al-Quran Al-Karim.

Di Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional sudah dijadikan standar bahwa penggunaan Al-Quran Yadain dan Metode Yadain Litahfizhil Quran menjadi mutlak harus dipraktikkan supaya mendapatkan hasil pembelajaran yang efektif. Hal ini sudah berjalan selama 9 tahun dengan lebih dari 78 angkatan. Ternyata santri yang khatam 30 juz memiliki karakteristik yang sama dan bisa diduplikasikan pada orang lain.

5. Komunikasi yang Baik

Kemampuan berkomunikasi yang baik adalah senjata ampuh pengajar. Dengan bahasa yang sopan, jelas, dan mudah dimengerti, pengajar dapat membina hubungan yang harmonis dengan murid. Sikap ramah, santun, dan empati akan menciptakan suasana belajar yang kondusif, serta memberikan motivasi yang dibutuhkan oleh murid.

Dalam mengemban tanggung jawab sebagai pengajar Al-Quran, kita dituntut untuk selalu menjaga integritas dan kualitas pengajaran. Hal ini bukan hanya bermanfaat untuk murid, tetapi juga membawa dampak positif bagi pengembangan umat Islam secara keseluruhan.

Apapun yang terjadi selama proses belajar mengajar, hendaklah seorang Muhaffizh/ah selalu memberikan motivasi dan kata-kata yang memberdayakan sehingga tumbuh kecintaan santri terhadap Allah Subhanahu Wata’ala melalui hafalan dan pembelajaran Al-Quran.

Menjadi pengajar Al-Quran adalah tugas yang mulia dan penuh tanggung jawab. Dari memahami ilmu Al-Quran, menjadi teladan, memiliki niat yang ikhlas, hingga memiliki metode pengajaran yang efektif dan komunikasi yang baik, setiap aspek harus diperhatikan dan dikembangkan. Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemampuan untuk menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat memberikan kontribusi yang bermakna bagi kemajuan umat Islam. Aamiin.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional

Informasi dan Pendaftaran
https://www.hafalquransebulan.com/

Dalam mengakhiri artikel ini, kami mengajak Anda untuk turut serta dalam Program Karantina Tahfizh Al-Qur’an Angkatan ke-82, yang akan dimulai pada tanggal 25Februari 2024, di Pondok Pesantren Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional.

Program ini berlokasi di Jl. Baru Obyek Wisata Cibulan RT. 17 RW. 04, Desa Maniskidul, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Tim pengajar berpengalaman menyediakan fasilitas nyaman dan metode pembelajaran terstruktur. Jangan lewatkan kesempatan emas ini untuk menghafal Al-Qur’an dengan bergabung dalam Angkatan ke-82.

Untuk informasi lebih lanjut dan proses pendaftaran, silakan kunjungi www.hafalquransebulan.com/informasi-pendaftaran atau hubungi layanan pelanggan kami di nomor 081312700100. Kami juga menyambut kunjungan Anda ke alamat kami di Jl. Baru Obyek Wisata Cibulan, RT.17/RW.04, Desa Maniskidul, Kec. Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com