Mendapatkan Kemuliaan Al-Quran di Sisi Allah Subhanahu Wata’ala

Mendapatkan Kemuliaan Al-Quran di Sisi Allah Subhanahu Wata’ala

20 April 2022 Artikel 0

Mendapatkan Kemuliaan Al-Quran di Sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Amalan sederhana namun mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subhanahu Wata’ala yaitu menghafal Al-Quran. Menghafal Al-Quran tidak dituntut untuk hafal melainkan dituntut untuk selalu istiqomah membaca dan mempelajarinya.

Seiring dengan rajin mempelajari dan salah satu proses belajar tersebut adalah menghafalkan Al-Quran.

Pahala menghafal Al-Quran bukan datang dari hasil hafalannya melainkan dari banyaknya ayat-ayat yang dibaca. Orang yang hafal Al-Quran sudah pasti rajin membaca Al-Quran.

Orang yang menghafal Al-Quran akan diberikan mahkota kemuliaan bagi orang tuanya. Hadits dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:.

من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال : بأخذ ولدكما القرآن.

Artinya: Siapa yang menghafal Al-Quran,mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al-Quran.”(HR. Hakim).

Bacaan Al-Quran yang biasa dibaca akan menjadi pertolongan di hari kiamat. Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:.

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ.

Artinya: Bacalah Al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya pada hari kiamat. (HR. Muslim).

1. Perbaikan Bacaan Al-Quran

Kualitas bacaan Al-Quran akan terjaga manakala berguru pada orang yang memiliki sanad bacaan Al-Quran yang baik. Bacaan yang salah dapat berpotensi mengubah terjemah Al-Quran.

Oleh karena itu, bacaan yang fasih merupakan prasyarat untuk menghafal Al-Quran. Apabila bacaan Al-Quran belum fasih maka harus mengikuti proses tahsin tilawah Al-Quran yaitu perbaikan bacaan Al-Quran agar senantiasa membacanya dengan bacaan yang benar.

2. Sering Melakukan Tilawah dan Murojaah

Hafalan Al-Quran yang belum dihafalkan hendaknya rajin dilakukan tilawah. Adapun untuk hafalan yang sudah pernah dihafalkan maka harus sering muraja’ah. Antara muraja’ah dan tilawah sebenarnya adalah proses mengamalkan Al-Quran.

Tilawah berasal dari kata tala, yatlu, tilawatan yakni membaca Al-Quran dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Murojaah adalah dari kata رجع يرجع (raja’a-yarji’u) artinya kembali. Arti Murojaah adalah proses mengulangi hafalan atau membaca kembali secara rutin ayat-ayat Al-Quran yang sudah dihafalkan.

Arti murojaah adalah aktivitas rutin para penghafal Al-Quran yang bertujuan agar hafalan senantiasa terjaga dan mendapatkan pahala dari setiap huruf yang dibaca.

3. Menjadikan Al-Quran Sebagai Wirid

Wirid merupakan bacaan yang rutin dibaca. Misalnya seperti bacaan dzikir ba’da shalat. Menurut para ulama Al-Quran merupakan sebaik-baiknya dzikir. Oleh karena itu, menjadikan Al-Quran sebagai wirid akan dapat mengakrabkan interaksi umat Islam dengan Al-Quran.

Orang yang terbiasa membaca Al-Quran pada ayat-ayat tertentu pasti akan lebih dimudahkan dalam menghafal dan menjaga hafalan ayat tersebut. Apabila sering mengkhatamkan bacaan Al-Quran maka bacaan semakin lancar dan hafalan semakin terpelihara.

4. Komitmen pada Target Menghafal Al-Quran

Komitmen menghafal Al-Quran ada 2 model yaitu komitmen pada hasil dan komitmen pada proses. Misalnya target menghafal Al-Quran sehari 5 ayat atau misalnya sehari 1 halaman. Atau bahkan di karantina tahfizh targetnya satu hari 20 halaman. Komitmen pada hasil harus komitmen pula pada target durasi belajar. Misalnya komitmen menghafal Al-Quran sehari 1 jam, sehari 3 jam, atau bahkan di karantina tahfizh target sehari 12 jam belajar.

Target hasil merupakan anugerah dari Allah Subhanahu Wata’ala. Oleh karena itu, target yang harus lebih diutamakan yaitu target komitmen pada durasi proses menghafal Al-Quran.

5. Membuat Jadwal Hafalan

Komitmen pada target dan hasil dapat lebih terorganisir manakala dibuat jadwal yang disepakati oleh diri sendiri dan lingkungan sekitar. Kita dapat mempengaruhi lingkungan dan lingkungan juga dapat dapat mempengaruhi diri penghafal Al-Quran.

6. Sering Mendengar Murotal Al-Quran

Ayat yang sering didengarkan pasti akan lebih mudah dihafalkan dibandingkan dengan ayat yang jarang didengar. Kita akan langsung familiar dengan bacaan AL-Quran untuk surah-surah yang sering dibaca atau pun didengarkan.

Irama yang merdu dengan nada khas akan menjadi ingatan yang melekat dan terasa familiar saat pertama kali menghafalkannya.

7. Memakai Satu Jenis Mushaf Al-Quran

Hafalan Al-Quran tersimpan dalam memori bukan hanya dari sisi makna ayat-ayatnya melainkan juga berasal dari memori fotografis yakni bentuk-bentuk huruf Al-Quran yang dibaca saat dihafalkan terbayang dalam bentuk Al-Quran Virtual. Pada metode Yadain dijelaskan lebih lanjut.

8. Istiqomah

Apa pun yang istiqomah dilakukan maka akan berdampak signifikan terhadap kehidupan. Begitu pun dalam menghafal Al-Quran. Semua keberhasilan berasal dari konsistensi yaitu terus menerus melakukan proses menghafal Al-Quran. Keberhasilan program karantina tahfizh yaitu manakala menghafal Al-Quran sudah bukan beban karena sudah terbiasa dengan rutinitas membaca Al-Quran sebagai suatu kenikmatan.

Semua kesuksesan berawal dari istiqomah menjalankannya. Begitu juga agar berhasil mendapatkan kemuliaan Al-Quran di sisi Allah Subhanahu Wata’ala hanya akan berhasil jika keinginan berinteraksi dengan Al-Quran secara konsisten mengulang-ulang kegiatan tersebut.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

HTML Snippets Powered By : XYZScripts.com