API SEJARAH: Ulama dan Santri Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia

API SEJARAH: Ulama dan Santri Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ahmad Mansur Suryanegara merupakan salah satu sejarawan sekaligus penulis Indonesia kelahiran Maret 1935. Indonesia mengakui bahwa ia merupakan tokoh sejarah yang menceritakan kembali tokoh-tokoh ulama dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Karya yang monumental berjudul Api Sejarah dan Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam Indonesia.
Ahmad Mansur Suryanegara menelusuri sejarah dari pesantren ke pesantren sehingga didapatkan data perjuangan peran utama umat Islam dalam memerdekakan kemerdekaan Republik Indonesia yaitu atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa.
Salah satu tokoh ulama rujukan sejarah misalnya Aden Kiai Haji Abdullah Bin Nuh, pembina Majlis Al Gozali, Bogor, bukan hanya sebagai sosok Ulama yang menguasai Kitab Kuning melainkan sebagai seorang pelaku sejarah juga sebagai sejarawan yang mampu menuliskan Sejarah sebagai ilmu – History as Written. Analisisnya bertolak dari fakta atau data yang diangkat dari referensi buku-buku yang di dalamnya membahas Sejarah sebagai Peristiwa — History as Actually Happened. Terlalu langka untuk kita jumpai perpaduan dua kemampuan yang dimiliki seorang Ulama dan pembina pesantren, sekaligus sejarawan yang mampu memberikan koreksi terhadap kesalahan penulisan Sejarah Islam Indonesia dalam penulisan Sejarah Indonesia
Wajar apabila ulama mampu menuliskan Islam sebagai ajaran, misalnya kitab fiqih atau tauhid. Akan tetapi, menuliskan Sejarah Islam di Jawa Barat hingga Zaman Keemasan Banten dapat memberikan koreksi terhadap kesalahan penafsiran penulisan sejarah. Ternyata R.K.H. Abdullah bin Nuh memiliki kemampuan dan perhatiannya terhadap penafsiran dan penulisan ulang reinterpretation and rewrite – sejarah Islam Indonesia sama seperti Haji Agus Salim, Prof. Dr. Buya Hamka, Prof, Osman Raliby, dan Prof. Dr. Abubakar Atjeh.
Ahmad Mansur Suryanegara menuliskan sejarah secara ilmiah mengenai Kesoeltanan Banten yang dijadikan contoh Wali Soenan Goenoeng Djati atau Sjarif Hidajatoellah sebagai pembangunnya. Biasanya, dalam menuliskan sejarah Sjarif Hidajatoellah sebagai salah seorang wali dari Wali Sembilan tidak dituliskan wawasan politik-nya dalam membangun tiga kekuasaan politik Islam di Jawa Barat: Banten, Jayakarta, dan Cirebon. Dikisahkan pula Soeltan Baaboellah dari Kesoeltanan Ternate, memiliki garis keturunan dari Sjarif Hidajatoellah.
Selain itu, dituturkan pula bersama Fatahillah sebagai pembangun Jayakarta, 22 Juni 1527 M atau 22 Ramadhan 933 H. Nama Jayakarta diangkat dari Al-Quran Surah 48:1, Inna Fatahna laka Fathan Mubina. Makna Fathan Mubina adalah Kemenangan Paripurna atau Jayakarta. Di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Jakarta.
Nama Jayakarta melambangkan rasa syukur kepada Allah atas kemenangannya dalam menggagalkan usaha penjajahan Keradjaan Katolik Portoegis di Pelabuhan Kalapa atau Soenda Kalapa. Kedatangannya sebagai pelaksana Testamen Imperialisme Paus Alexander VI dalam Perjanjian Tordesilas 1494 M. Kisah heroik Wali Sanga memelopori melawan penjajah Keradjaan Katolik Portoegis, terlupakan. Wali Sanga lebih banyak dikenang dengan kisah dongengnya.
Pergantian nama di atas seperti peristiwa sejarah tanpa makna, hanya mengubah nama pelabuhan Kalapa menjadi Fathan Mubina atau Jayakarta, atau Jakarta, 22 Juni 1527 M atau 22 Ramadhan 933 H. Namun, empat ratus tahun kemudian bangkit kembali, Fathan Mubina-]ayakarta-]akarta, dan menjadi nama Iboe Kota Repoeblik Indonesia pada 17 Agoestoes 1945, Djoemat Legi, 9 Ramadhan 1364. Sebelumnya, menjadi nama Piagam Djakarta, 22 Djoeni 1945, Djoemat Kliwon, 1 1 Radjab 1364 H. serta dikukuhkan pula sebagai nama ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia – NKRl,17 Agustus 1950 M, Kamis Pahing, 2 Dzulhijjah 1369 H.
Ternyata, nama Jayakarta sebagai karya salah seorang wali dari Wali Sanga dan bersumberkan Al-Quran dan terjadi bertepatan pada Ramadhan. Nama Fathan Mubina atau Jayakarta sebagai jawaban Ulama dan Santri melawan keputusan Paus Alexander VI dalam Perjanjian Tordesilas, 1494 M, yang memberikan kewenangan Keradjaan Katolik Spanjol dan Portoegis untuk memelopori penegakkan imperialisme atau penjajahan Barat di dunia.
Tanggal 9 Ramadhan 1364 H, seorang Ulama bernama Wachid Hasjim dari Nahdlatoel Oelama, Ki Bagoes Hadikoesoemo dan Mr. Kasman Singodimedjo – keduanya dari Persjarikatan Moehammadijah – bersama pemimpin Islam lainnya, yaitu Mohammad Teoekoe Hasan dari Aceh. Hasil perumusannya dilaporkan kepada Drs. Mohammad Hatta. Kemudian diserahkan untuk disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agoestoes 1945, Sabtoe Pahing, 10 Ramadhan 1945.
Mungkinkah dasar negara dalam Oendang Oendang Dasar 1945, terumuskan menjadi Negara Berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, dan ditempatkan pada Bab XI Pasal 29 yang berjudul Agama, jika perumus pertama setelah proklamasi bukan Ulama. Ternyata karena Ulama maka bangsa dan negara Indonesia memiliki ideologi Pantjasila dan konstitusi Oendang Oendang Dasar 1945.
Mungkinkah Proklamasi 17 Agoestoes 1 945, Djoemat Legi, 9 Ramadhan 1 364, dibacakan dalam Bahasa Indonesia, jika para wirausahawan dan Ulama sejak abad ke – 1 H / 7 M tidak menjadikan Bahasa Melayu Pasar sebagai bahasa komunikasi niaga dan dakwah antar wirausahawan atau wiraniagawan di pasar, dituliskan dalam HurufArab Melayu, bukan dengan Huruf Pallawa atau Pra Nagari? Kemudian kelanjutannya berubah menjadi Bahasa limu di pesantren dan Bahasa Diplomatik – bahasa hubungan kenegaraan antar kekuasaan politik Islam dengan kerajaankerajaan lain dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, satu-satunya bangsa terjajah di Asia Tenggara yang proklamasinya dengan bahasanya sendiri, bukan dengan bahasa penjajah, hanyalah bangsa Indonesia. Dengan kata lain, hanya karena mahakarya Ulama dan Santri bangsa Indonesia memiliki Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.
Mungkinlah bangsa Indonesia memiliki Sang Saka Merah Putih, jika Ulama tidak membudayakan warna Merah Putih yang berasal dari Bendera Rasıılullah Saw? Dihidupkan di tengah masyarakat melalui simbol-simbol budaya: SekapurSirih artinya kapur dan sirih melahirkan warna Merah. Seulas Pinang artinya jika pinang di belah, pasti berwarna Putih. Demikian pula upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih saat pembangunan kerangka atap di bagian suhunan. Merupakan bahasa doa memohon Syafaat dari Rasulullah Saw. Dibudayakan pula dalam upacara saat pemberian nama bayi atau Tabun Baru İslam dengan membuat bubur merah putih.
Bangsa dan negara Indonesia, tidak hanya memiliki bahasa dan bendera, tetapi juga berkat perjuangan Ulama menjadikan Indonesia memiliki Tentara Nasional Indonesia — TNI- pada 5 Oktober 1945, Djoemat Kliwon, 24 Sjawwal 1364. Ada sementara pimpinan nasional saat itu, menolak negara dan bangsa Indonesia punya TNI, mereka ingin negara tanpa tentara. Cukup hanya dengan polisi semata. Mengapa demikian? Karena TNI dibangun dari mantan Tentara Pembela Tanah Air-Peta. Sedangkan 68 Batalyon – Daidan, mayoritas Daidancho – Komandan Batalyon Tentara Peta adalah Ulama. Keinginan penentang pembentukan Tentara Keamanan Rakjat -TKR atau TNI di atas oleh Letnan Djenderal Oerip Soemohardjo dijawab “aneh soeatoe negara zonder tentara.” Konsolidasi selanjutnya, Soedirman mantan Daidancho – Dan Yon Tentara Peta Purwokerto dan guru Moehammadijah, diangkat menjadi Panglima Besar.
Selain itu, jawaban Ulama terhadap Makloemat X 3 November 1945 dalam waktu relatif singkat hanya empat hari sesudahnya, lahirlah Partai Islam Indonesia Masjoemi, 7 November 1945, Rabo Pon, 1 Dzulhidjah 1364. Selain sebagai parpol tercepat lahirnya, terbesar jumlah anggotanya, juga berani mengeluarkan pernyataan: 60 Miljoen Moeslimin Indonesia Siap Berdjihad Fi Sabilillah. Perang di djalan Allah oentoek menentang tiap-tiap pendjadjahan. Pernyataan demikian ini lahir karena Ulama dan Santri merasa berkewajiban melanjutkan perjuangan para Ulama terdahulu, membebaskan Nusantara Indonesia dari segala bentuk penjajahan.
Kemudian karena perjuangan Perdana Menteri Mohammad Natsir sebagai intelektual, Ulama, dan politikus dari Partai Islam Indonesia Masjoemi, Persatoean Islam – Persis, Jong Islamieten Bond – JIB, Partai Islam Indonesia – PII, melalui Mosi Integral, berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia – NKRI – pada 17 Agustus 1 950, Kamis Pahing, 2 Dzulhidjah 1 369, sebagai jawaban terhadap gerakan separatis.
Angkatan Perang Ratu Adil – APRA pimpinan Westerling di Bandung, Pemberontakan KNIL Andi Aziz di Makasar, dan Republik Maluku Selatan Soumokil di Ambon, yang didalangi oleh van Mook. Sekaligus sebagai jawaban terhadap Proklamasi Negara Islam Indonesia, 7 Agustus 1 949, oleh S.M. Kartosoewirjo. Dengan demikian berakhir pula Republik Indonesia Serikat – RIS – hanya berlangsung dari 27 Desember 1949 1 7 Agustus 1950 M atau 6 Rabiul Awwal i l 369 – 2 Dzulhidjah 1369 H. Berkat perjuangan Ulama maka Republik Indonesia Serikat – RIS diubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia – NKRI.
Dari fakta sejarah, terbaca betapa besarnya peran kepemimpinan Ulama dan Santri dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara dalam menjawab serangan imperialis Barat dan Timur. Diikuti pula dengan perjuangan Ulama dan Santri mempertahankannya serta membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, tepatlah kesimpulan ESF.E. Douwes Dekker Danoedirdjo Setiaboedhi dari Indische Partij: djika tidak karena sikap dan semangat perdjuangan para Ulama, sudah lama patriotisme di kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan.
Daftar Isi Buku Api Sejarah Jilid 1 Edisi Revisi – Ahmad Mansur Suryanegara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR PENERBIT vii
SEKAPUR SIRIH xi
REINTERPRETASI DEISLAMISASI SEJARAH INDONESIA xxvii
DAFTAR ISI xxxiii
PEMBUKA PERDANA 1
Penyebaran Wirausahawan Arabia 3
Penguasaan Pasar 5
Penemuan Mata Uang Islam 8
Dampak Penyebaran Islam dari Maritim dan Pasar 13
Luas Wilayah Pulau di Indonesia dan Negara Barat 17
Dua Puluh Lima Nabi dan Rasul Pembawa Ajaran Islam 20 Koreksi Al-Qur’an Terhadap Taurat, Zabur dan Injil 22
GERBANG PERTAMA 25
KEBANGKITAN ISLAM DAN PENGARUHNYA DI NUSANTARA INDONESIA 25
Proses Islamisasi Nusantara Melalui Pasar 26
Testamen Penguasaan Kelautan 28
Peta Bumi Nusantara di Abad Kejayaan Islam 30
Profesi Muhammad bin Abdullah Pra Kerasulan 34
Muhammad SAW Diangkat Sebagai Utusan Allah 39
Musuh-musuh Rasulullah SAW 43
Piagam Madinah 45
Pengalihan Arah Kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram 46
Jawaban Perang Untuk Menciptakan Perdamaian 46
Pengangkatan Derajat Wanita Islam 48
Melepaskan Himpitan Nasrani Konstantinopel dan Majusi Persia 51
Pengembangan Daerah Pengaruh Islam 54
Keempat Khalifah Pilihan – Khulafaur Rasyidin 56
Abu Bakar Ash Shidiq (11-13 H / 632-634 M) 56
Umar Ibn Al Khattab (13-24 H / 634-644 M) 57
Usman bin Affan (24-26 H / 644-656 M) 59
Ali bin Abi Thalaib (36-41 H / 656-661 M) 63
Khilafah Ummayah I dan II 65
Khilafah Abbasiyah 68
Khalifah Fatimiyah 72
Kesultanan Turki 72
Perang Dinasti Genghis Khan dalam Penyebaran Agama Islam 75
Kelahiran dan Pengaruh Mazhab Fikih 84
Pengaruh Islam Terhadap Bangsa Arab , Mogol, dan Barat 86
Eksistensi Kesultanan Turki (1055-1924) 88
Nusantara Indonesia Dipersimpangan Khilafah Islam 89
GERBANG KEDUA 93
MASUK DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI NUSANTARA INDONESIA 93
Dakwah Rasulullah saw Menghadapi Lawan 94
Masuknya Agama Islam ke Nusantara 99
Teori Gujarat Prof. dr. C. Snouck Hurgronje 101
Teori Makkah Prof. dr. Buya Hamka 101
Teori Persia Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat 102
Teori Cina Prof. Dr. Slamer Muljana 102
Teori Maritin N.A. Baloch 104
Perkembangan Kekuasaan Politik Islam 105
Perkembangan Tasawuf 105
Sumber Eksternal 106
Pengembangan Islam di Nusantara Indonesia 117
Kebangkitan kekuasaan Politik Islam 121
Toleransi Beragama 123
Budaya Masyarakat Non Muslim 124
Dongeng Media Pemecah Belah 125
GERBANG KETIGA 129
JAWABAN KEKUASAAN POLITIK ISLAM TERHADAP TANTANGAN IMPERIALISME BARAT 129
Multi Strategi Rasulullah saw Penciptaan Pembaharuan 130
Nilai keagungan Pernikahan 131
Landreform Kaum Anshor 132
Tiga Kategori Sikap Beriman, Kafir dan Munafik 132
Kewajiban Bela Negara 133
Jawaban Rasulullah saw Terhadap Tantangan Kehidupan 134
Jawaban Islam Terhadap Imperialisme Barat 140
Kekuasaan Politik Islam di Timur Tengah Pasca Rasulullah saw 144
Kekuasaan Politik Islam di Luar Jazirah Arabia 146
Pengaruh Turki Terhadap Dinasti Genghis Khan 146
Pengaruh Islam Terhadap Arab, Turki, Mongol dan Cina 149
PERKEMBANGAN KEKUASAAN POLITIK ISLAM DI NUSANTARA 149
Pengaruh Pernikahan Islami Prabu Siliwangi Terhadap Dinastinya 150
Pasar, Pesantren, dan Kekuasaan Politik Islam 154
Perkembangan Imperialisme Barat 158
Perlawanan Bersenjata Terhadap Imperialis Katolik Portugis 160
Pemindahan Perang Katolik Kontra Protestan di Eropa ke Nusantara 162
Lahirnya Imperialisme Modern, Komunisme dan Zionisme 165
Pengaruh Revolusi Protestan terhadap Kelahiran Amerika Serikat 171
Imperialism Kuno Katolik dan Imperialisme Modern Protestan 174
Pemberlakuan Ordonansi Agama 1651 di Indonesia 177
PERANG AGAMA SEGITIGA DI NUSANTARA INDONESIA 178
Perlawanan Bersenjata Pribumi Islam Terhadap Penjajah VOC 181
Pembunuhan Cina oleh VOC di Batavia (1740) 188
Dampak Perang Napoleon di Nusantara Indonesia 190
Penduduk Perancis dan Inggris di Pulau Jawa 194
Perlawanan Bersenjata Pra dan Masa Tanam Paksa 201
Keuntungan Tanam Paksa bagi Keradjaan Protestan Belanda 210
Upaya Penjajah Mematahkan Pendukung Ulama 210
Prangreh Pradja Kontra Ulama dan Santri 211
Ketergantungan Pangreh Pradja Terhadap Taokeh 213
Gerakan Politik Kaum Tarekat 214
Pembangunan Tata Kota Penjajah di P. Jawa 220
Residensi Hunian Penjajah Belanda 222
Kereta Api Sebagai Benteng Stelsel Penjajah 224
Departemen Perang Penjajah di Bandung 226
Wilayah Hunian Pribumi Muslim 230
Sub Area Hunian dan Sekolah Etnis 232
Strategi Penjajah Pembodohan Pribumi Muslim 233
PERLAWANAN BERSENJATA DI LUAR PULAU JAWA 235
Perang Padri di Sumatera Barat 236
Perang Lampung 236
Perang Banjarmasin 240
Perang Batak 242
Perubahan Peta Politik di Eropa dan Timur Tengah 246
Dampak Perjanjian London 1870 dan Perjanjian November 1871 250
Peringatan Jalaluddin Al Afghany 251
Islam Pembangkit Gerakan Nasionalisme di Indonesia 256
Perang Aceh 260
Perang Snouck Hurgronje dalam Perang Atjeh 272
Pasar Sebagai Gerbang Kebangkitan Nasional 278
GERBANG KEEMPAT 281
ULAMA PEMBANGKIT GERAKAN KESADARAN NASIONAL INDONESIA (1900-1942) 281
Islam Sebagai Simbol Pembangkit Nasionalisme 285
R.A. Kartini Menolak Politik Kristenisasi 285
Pengaruh Karya Pakar Belanda Terhadap kebijakan Politik Penjajahan 292
Perubahan Sistem Politik Penjajahan 308
Tujuan Politik Pendidikan Penjajah 309
Politik Pecah Belah Melalui Pendidikan 310
Middle Onderwijs (Pendidikan Menengah) 313
Hoger Onderwijs (Pendidikan Tinggi) 313
Vakonderwijs (Pendidikan Kejuruan) 314
Target Politik Etis Melemahkan Pengaruh Ulama 315
Upaya Pendangkalan Ajaran Agama dan Perubahan Budaya 316
Pasar Sebagai Arena Kebangkitan Kesadaran Nasional 321
Faktor Eksternal Penyebab Kebangkitan Nasional 325
Gerakan Tasawwuf dan pengaruhnya Terhadap Kebangkitan Nasional
331
Tujuan Trio Politik Pemerintah Kolonial Belanda 334
Pengaruh Gerakan Reformasi di Timur Tengah 336
Gerakan Kontra Nasionalisme di Timur Tengah 339
Islam Sebagai Faktor Utama Pembangkit Kesadaran Nasional Indonesia 343
Keputusan Ahistoris Kabinet Hatta Tentang Harkitnas 344
Kongres BO Menolak Pelaksanaan Tjita2 Persatoean Indonesia 347
Boedi Oetomo pengimbang Djamiatul Choir 351
SJARIKAT DAGANG ISLAM 357
Sarekat Dagang Islamijah Bogor Kontra Sjarikat Dagang Islam Solo 359
SJARIKAT ISLAM 375
Tiga Kota Centraal Sjarikat Islam 384
National Congres Centraal Sjarikat Islam Pertama di Bandung 388
Indie Weerbaar Actie 398
National Congres Centraal Sjarikat Islam kedua di Jakarta 400
Makna Nasionalisme dari Pandangan Sjarikat Islam 401
Penghinaan BO Terhadap Rasulullah saw 401
National Congres Centraal Sjarikat Islam Ketiga di Surabaya 403
Volksraad Sebagai Komidi Omong 404
National Congres Centraal Sjarikat Islam Keempat di Surabaya 408
Politik Pecah Belah 409
Aliran kebatinan Kontra Islam 410
H.J.F.M. Sneevliet Pemecah Belah Sjarikat Islam 412
Konsolidasi Sjarikat Islam 418
Kristenisasi, Kebatinan, Kapitalisme, Komunisme dan Korupsi 419
Sjarikat Islam pelopor Pertama pendiri Partai Politik Islam 420
Koreksi O.S. Tjokroaminoto Terhadap Ajaran Sosialisme 423
PERSJARIKATAN MOEHAMMADIJAH 432
PERSJARIKATAN OELAMA 459
PERGERAKAN TARBIJAH ISLAMIYAH 462
MATLAOEL ANWAR LIL NO 462
NAHDLATOEL OELAMA 462
Kongres Al Islam dan Kongres Luar Biasa 465
Utusan ke Muktamar Khalifah di Kairo 468
Persiapan Muktamar Al Islam Se Dunia 471
Utusan Hijaz dan Hari Lahir Nahdlatoel Oelama 471
Nahdlatoel Wathan Pancor Lombok 473
Problema Taqlid 476
PONDOK PESANTREN MODERN GONTOR 479
PERSATOEAN ISLAM 487
- Hassan Menolak Asas Kebangsaan 498
Kesatuan Gerak Juang Jihad 503
KEBANGKITAN JONG ISLAMIETEN BOND-JIB 512
ORGANISASI WANITA, KEPANDUAN, dan PEMUDA 515
COMITE PERSATOEAN INDONESIA 515
- SOEKIMAN PSH dan IR. SOEKARNO PNI, PENDIRI P.P.P.K.I 517
MADJLIS OELAMA INDONESIA PERTAMA (1347 H / 1928 M) 519
PENGARUH KONGRES JONG ISLAMIETEN BOND TERHADAP KONGRES PEMOEDA 522
Bahasa Melayu Pasar dan Huruf Arab Melayu 528
Tiga Soempah Pemoeda 529
Sang Saka Merah Putih Bendera Rasulullah saw 531
Kepeloporan Pemuda Pemudi Islam 535
Dr. Soekiman Wirjosandjojo dan Perhimpoenan Indonesia 537
MADJLIS ISLAM A’LA INDONESIA – MIAI 543
PARTAI ISLAM INDONESIA 544
BAPEPPI 547
Penghinaan Parindra terhadap Rasulullah saw 554
Pengaruh Nasionalisme di Timur Tengah Terhadap Gerakan Nasionalisme Islam Indonesia 557
KAII Menjadi KMI 563
Tuntutan Parlemen Berdasarkan Hukum Islam 566
AKTIVITAS ULAMA MENJELANG PERANG DUNIA II 568
MADJELIS RAKJAT INDONESIA 572
Kudeta Mr. Sartono Terhadap MRI 573
PSII, PII, MIAI keluar Dari GAPI dan MRI 573
MASAAKHIR PENJAJAHAN KERADJAAN PROTESTAN BELANDA 574
DAFTAR PUSTAKA 577
INDEKS 587