5 Hal yang Harus Dipelajari Oleh Para Penghafal Al-Quran

Table of Contents
5 Hal yang Harus Dipelajari Oleh Para Penghafal Al-Quran. Guru kami DR. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA., Al-Hafizh pernah berkata dalam suatu acara wisuda karantina tahfidz quran. Beliau mengatakan bahwa pembelajaran Al-Quran tidak akan ada ujungnya. Bahkan jika seluruh usia kita digunakan untuk mempelajari atau mengkaji isi Al-Quran maka Al-Quran akan selalu menampilkan makna-makna yang tidak akan habis-habisnya dikaji oleh banyak orang, bahkan sampai pun hari kiamat.
Al-Quran merupakan kitab Mukjizat sepanjang masa. Apabila tongkat Nabi Musa bisa membelah lautan. Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar api. Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati. Lantas Nabi Muhammad bisa membelah bulan. Itu semua mukjizat yang sudah selesai terjadi pada zamannya yang sampai saat ini pun diabadikan dalam Al-Quran.
Mukjizat Al-Quran akan senantiasa bermunculan bagaimana para ahli semakin mengkajinya dari berbagai bidang. Maka tidak akan pernah habis-habisnya Al-Quran membuat tercengang orang-orang yang mempelajarinya.
Beruntunglah orang-orang yang berkesempatan untuk belajar Al-Quran. Belajar membaca, memahami, menghafalkan, mengajarkan, dan itu semua bagian dari mengamalkan isi Al-Quran. Mempelajari Al-Quran tidak akan ada ujungnya bahkan meskipun lembaga pendidikan membuat kurikulum pembelajaran Al-Quran, namun sebenarnya itu tidaklah mencakup seluruh keilmuan Al-Quran yang sangat luas dan padat kandungannya.
Orang-orang yang belajar dan mengkaji juga mengamalkan Al-Quran maka akan mendapatkan predikat shahibul Quran. Ini merupakan fadilah sebagaimana tercantum dalam hadits Rasulullah SAW berikut:
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada Shohibul Quran (orang yang membaca/menghafalkan Al Qur’an) nanti: ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau mentartilnya di dunia. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Belajar membaca dan menghafalkan Al-Quran, serta berulang kali mengulangi bacaan semoga membuat kita dekat dengan al-Quran.
Selain itu, ada lagi yang dapat membuat kita lebih dekat lagi dengan al-Quran. Lebih dalam lagi menyelami alur-alur makna dalam Al-Quran. Marilah kita telusuri bersama apalagi yang harus kita pelajari dari Al-Quran.

Menguasai Teori dan Praktik Tahsin Tilawah Al-Quran
Membaca Al-Quran sesuai kaidah tajwid secara baik, benar, dan konsisten memerlukan pemahaman mendalam secara teori dan praktiknya. Apabila lancar secara praktik bacaan Al-Quran saja namun tidak menguasai teorinya biasanya akan jatuh pada kesalahan yang tidak disadarinya.
Oleh karena itu, seorang penghafal Al-Quran sebaiknya bukan hanya mampu membaca ayat-ayat Al-Quran dengan benar secara hafalan saja melainkan secara teori pun mengetahui alasan mengapa suatu bacaan dibaca ghunnah, mad, idgham, dan sebagainya.
Bacaan yang tepat akan sesuai dengan makharijul huruf. Huruf-huruf yang diucapkan dalam ayat akan mampu dibaca dengan indah manakala penghafal Al-Quran menguasai makharijul huruf dan sifatul huruf baik secara teori maupun praktik.
Teori saja tidak cukup tanpa praktik, demikian pula praktik membaca Al-Quran dengan baik dan benar harus dilandasi dengan teori yang bisa menjadi argumentasi apabila terdapat perbedaan pendapat dalam bacaan Al-Quran.
Pelajari Bahasa Arab
Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab agar kita mampu memahaminya. Memahami Al-Quran tidak akan lepas dari bahasa Arab. Bahkan bahasa Arab dikatakan sebagai separuh agama.
Pada Hadits Riwayat Thabrani, Rasulullah bersabda: “Cintailah Arab karena tiga perkara, yaitu (1) karena aku (Nabi Muhammad) orang Arab, (2) Al-Qurán berbahasa Arab, dan (3) Perkataan ahli surga dengan bahasa Arab”.
Allah SWT berfirman:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
Terjemahnya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (QS Yusuf: 2).
Alasan tersebut mengukuhkan bahwa bahasa Arab adalah bagian dari agama Islam yang kita anut. Tentunya kunci untuk memahami bahasa Al-Quran adalah dengan mempelajari bahasa Arab.
Kosakata lafadz ‘ta’qiluun’ dalam bahasa Arab merupakan bentuk mudhori’ (present tense) dari ‘aqala (عقل) yang berarti “adraka haqaaiqu al-asyyaa’” (mengetahui hakikat sesuatu).
Oleh karena itu, diturunkannya Al-Quran dengan bahasa Arab adalah agar kita benar-benar mengetahui dengan jelas dan terang hakekat dari apa yang Allah sampaikan kepada kita.
Belajar bahasa Al-Quran dari mushaf terjemah perkata juga memudahkan. Sebab bahasa Al-Quran ternyata padat berisi dan berulang-ulang sehingga memudahkan para pelajar untuk memahaminya.
Pernyataan bahwa bahasa Arab sulit, memahami Al-Quran itu susah merupakan ungkapan orientalis agar masyarakat muslim enggan mempelajari bahasa Al-Quran. Hal ini tentu harus kita lawan dengan cara kesungguhan kita dalam belajar Al-Quran dan bahasa Arab.
Cara mempelajari bahasa arab yang paling dasar yaitu Nahwu dan Sharaf. Setelah itu bisa ditingkatkan lagi pada ilmu balaghah, mantiq, bayan, ma’ani, dan seterusnya.
Tadabbur dan Tafakkur dengan Al-Quran
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
(أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا) (محمد:24)
Terjemahnya: “Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
Tadabbur adalah Hilmi hambali menjelaskan bahwa tadabbur berarti merenungkan, menghayati, memikirkan, makna untuk kemudian menjadikannya sebagai sebuah pelajaran (Hanif, 2018).
Kata tadabbur berasal dari bahasa Arab. Secara linguistik, kata tadabbur berasal dari kata dabbara. Ini berarti di belakang. Tadabbur sendiri berarti berpikir, merenungkan, dan memperhatikan sesuatu di baliknya. Memikirkan kesudahan atas apa yang akan terjadi, atau telah terjadi dari gambaran suatu ayat dalam Al-Quran.
Perintah Allah tentang tafakur terdapat pada Quran surah Ali Imran ayat 190 menyebut keutamaan orang yang berzikir dan bertafakur dalam situasi apapun, baik dalam duduk, berdiri, maupun berbaring. Artinya, “Mereka adalah orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi,” (QS. Ali Imran ayat: 190).
Para ahli tafsir berkata tentang ayat: “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. (QS. Al-Baqarah: 219), maksud dari kata “supaya kalian berfikir” adalah agar kalian berfikir dalam urusan dunia dan akhirat.
Dengan berpikir maka maka kita dapat menghindari apa-apa yang mengundang bala’ dan keburukan di dunia dan akhirat, sekaligus supaya kita dapat berpegang teguh dengan akhlak dan kebaikan. Berpikir menyebabkan manusia dapat memahami yang maslahat dan yang bermanfaat, juga agar kita mampu menghindari yang mudharat atau membahayakan.
Belajar Tafsir Al-Quran
Hafalan Al-Quran akan semakin dikuatkan dengan mempelajari tafsir Al-Quran. Alur makna Al-Quran terkesan loncat-loncat dari satu tema ke tema yang lainnya. Akan tetapi apabila memahami dengan cara belajar tafsir Al-Quran maka kita akan mendapatkan gambaran utuh antara satu ayat dengan ayat lainnya dengan istilah yang disebut dengan munasabah ayat.
Demikian pula asbabun nuzul akan menambah pemahaman kita terhadap latar belakang suatu ayat sehingga kita dapat memahami dengan baik bagaimana kala itu ayat tersebut diturunkan.
Pemahaman terhadap tafsir Al-Quran penting dilakukan agar penghafal Al-Quran tidak menafsirkan sendiri. Melainkan mengikuti tafsir para ulama yang terdahulu dan ulama kontemporer yang mumpuni di bidangnya.
Mempelajari tafsir Al-Quran dapat menjadi salah satu ikhtiar untuk menguatkan pemahaman terhadap al-Quran. Ayat-ayat yang dihafalkan menjadi lebih berkesan sehingga menambah kecintaan pada al-Quran.
Mempelajari tafsir Al-Quran sebaiknya bersama guru yang khusus dan ahli di bidang tafsir Al-Quran. Guru yang sebelumnya belajar kepada guru-guru sebelumnya sehingga ada ketersambungan ilmu pengetahuan.
Hadirilah pengajian-pengajian yang di dalamnya membahas tentang tafsir Al-Quran. Memahami langsung di majelis ilmu akan mendapatkan keberkahan.
Apabila tidak memungkinkan maka bisa membaca buku-buku tafsir yang saat ini sudah banyak diterjemahkan. Apabila terdapat makna yang belum dipahami maka sebaiknya tanyakan kepada ahlinya.
Menyimak ceramah di YouTube juga akan membantu pemahaman terhadap tafsir Al-Quran. Namun tentu saja menghadiri pengajian secara langsung lebih diutamakan.
Apabila tidak memungkinkan untuk menghadiri majelis ilmu maka hal itu tidak perlu dijadikan alasan untuk tidak belajar tafsir Al-Quran. Mempelajari tafsir Al-Quran akan semakin menikmati bacaan Al-Quran, sebab kesan yang didapatkan akan lebih mendalam.
Pengamalan Isi Nasihat Al-Quran dalam Kehidupan
Al-Quran merupakan pedoman hidup umat Islam. Siapa pun yang beragama Islam dengan baik pasti akan berpedoman dengan Al-Quran. Al-Quran memerintahkan kita agar menaati Allah, Rasul dan pemimpin yang baik.
Apabila pola hidup, pola pikir, pola perilaku keseharian kita selaras dengan Al-Quran maka tidak akan merasa takut dan bersedih hati.
Demikianlah 5 hal yang harus dipelajari oleh para penghafal Al-Quran agar lebih mencintai dan menjiwai Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Pesan dari guru kami bahwa, “Tidak ada kata khatam dalam mempelajari Al-Quran. Lanjutkan terus belajar dan mengajar Al-Quran.” Semoga Allah merahmati kita semua dengan Al-Quran. Aamiin.
Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
Informasi dan Pendaftaran
WhatsApp 081312700100